Makalah Etika Komunikasi Dalam Islam
Makalah Etika Komunikasi Dalam Islam
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya ucapkan kepada tuhan yang maha esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ETIKA
KOMUNIKASI DALAM ISLAM”judul ini saya pilih karena ingin tahu bagaimana
cara berkomunikasi atau menggunakan setiap kalimat yang baik menurut
pandangan islam.
Saya ucapkan
banyak terima kasih kepada bapak dosen yang telah memberikan tugas ini
serta mentransformasikan ilmunya kepada saya, sehingga saya mempunyai
keilmuan dan wawasan yang baru.
Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Makalah ini.
Malang, 10 Mei 2014
PENULIS
Eman Sipasi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I: Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Bab II: Pembahasan
Etika Komunikasi Dalam Islam
Bab III: Penutup
Kesimpulan
Kritik Dan Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
- 1.1 Latar Belakang
Komunikasi
adalah suatu aktivitas manusia yang saling berinteraksi antara satu
oarang maupun lebih, di dalam pandangan agama islam komuikasi memiliki
etika, agar jika kita melakukan komunikasi dengan seseorang maka orang
itu dapat memahami apa yang kita sampaikan. Di dalam agama islam ada
lima etika dalama berkomunikasi yaitu, pertama- Qaullan Kariiman, kedua-
Qaullan Ma’Rufan, ketiga- Qaullan Syadidan, keempat- Qaullan Balighan,
kelima- Qaullan Layyinan.
Jika
diantara kalian yang suka berdakwah harus dapat memenuhi kelima etika
dalam islam tersebut, karena jika seorang pendakwah tidak menguasai
etika komunikasi dalam islam tersebut maka dia akan berkomunikasi tidak
baik. Seperti, berkomunikasi dengan membentuk, menyinggung perasaan,
hingga oakan berdampak buruk, orang yang mendengar dakwahnya tidak akan
percaya bahkan dia akan dijauhi dan mungkin dibenci.
Perlu
diketahui Allah SWT tidaklah suka yang berlebih-lebihan, maka jika
berkomunikasi atau berbicara, berbicaralah sewajar-wajarnya, yang
mengandung dan dorongan atau motivasi dan jangan berbicara bila hanya
untuk menyinggung perasaan seseorang. Karena apa yang kita bicarakan
baik maupun buruk semua itu akan kita pertanggung jawabkan di akhirat
nanti.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa itu Qaullan Kariiman ?.
2. Apa itu Qaullan Ma’Rufan ?.
3. Apa itu Qaullan Syadidan?
4. Apa itu Qaullan Balighan?
5. Apa itu Qaullan Layyinan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Qaullan Kariiman ?.
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Qaullan Ma’Rufan ?.
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Qaullan Syadidan?
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Qaullan Balighan?
5. Untuk Mengetahui Apa Itu Qaullan Layyinan ?
1.4 Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan diatas maka manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis dapat mengetahui Apa Itu Qaullan Kariiman
2. Penulis dapat mengetahui Apa Itu Qaullan Ma’Rufan
3. Penulis dapat mengetahui Apa Itu Qaullan Syadidan
4. Penulis Dapat Mengetahui Apa Itu Qaullan Balighan
5. Penulis Dapat Mengetahui Apa Itu Qaullan Layyinan
BAB II
- 2.1 PEMBAHASAN
Etika Komunikasi Dalam Islam
Allah
Ta’ala berfirman: “Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu,….”
(Ali Imran ayat 159)
Ayat
ini sangat luas dan dalam maknanya, karena itu ketika menyelesaikan
studi di fakultas ilmu komunikasi, ayat inilah yang mengilhami skripsi
saya. Dari firman Allah ini, betapa besar dampaknya komunikasi dalam
tatanan hidup manusia sebagai mahluk sosial. Menurut pakar komunikasi
70% dalam 24 jam, waktu manusia diisi dengan komunikasi. Begitu
banyaknya waktu yang kita habiskan dalam komunikasi. Salah komunikasi
atau misscommunicationakan mengakibatkan salah persepsi, atau dalam
bahasa gaulnya “nggak nyambung”.
Faktor
yang paling penting dalam berdakwah ialah komunikasi. maka sebagai
muslim kita harus tahu etika berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran
Islam. Menurut saya, rasullullah SAW adalah komunikator yang hebat,
setiap pesan yang beliau sampaikan pasti berkesan dihati para sahabat,
bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.
Tiada
agama yang paling sempurna kecuali Islam, siapapun apakah ia muslim
atau kafir bila saja mau menggunakan akal untuk berpikir, pasti akan
sampai pada kesimpulan yang sama. Bayangkan, Islam tidak hanya mengatur
kehidupan akhirat, duniawi, teknologi, bahkan sampai hal-hal kecil pun
seperti tata cara mandi, berpakaian, tidur diatur Islam, melalui sunnah
rasullulah saw, uswatunhasanah bagi kita. Islam juga banyak mengatur
tata cara berkomunikasi. Sungguh beruntung kita ditakdirkan sebagai
seorang muslim, karena hidup kita mempunyai tuntunan yang lengkap dan
menyeluruh. Lengkap karena kita memiliki Al Quran dan hadits sebagai
sumber hukum yang paling otentik dan terpercaya.
Rasululah
SAW mengatakan ,”Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang dapat
bermanfaat bagi orang lain,” atau ,”Sebaik-baiknya manusia adalah orang
yang sangat baik dengan tetangganya,” dan banyak lagi hadits-haditsyang
menyuruh kita untuk mencintai saudara kita sesama muslim seperti kita
mencintai diri kita sendiri. Semua ini membuktikan betapa kita harus
bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami, hingga lisan kita
tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yang
diucapkan dapat menyejukkan hati.
Allah
berfirman,” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu
sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal,
sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi
Allah adalah yang paling takwa diantara kamu sekalian”. (Al Hujarat, :
13) Dari ayat ini, Allah menyuruh kita untuk saling mengenal, mestipun
berbeda suku, berbeda bangsa, berbeda budaya, berbeda warna
kulit,sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik.
Selanjutnya Allah juga menegaskan yang paling mulia di sisi Allah
bukanlah yang paling kaya, paling cantik, paling pintar, paling popular
dsbnya, namun yang paling mulia adalah manusia yang paling bertakwa
kepada Allah SWT.
Setiap
manusia mempunyai karakter, sifat dan kepribadian yang berbeda. Meski
anak yang lahir kembar identik pun pasti memiliki sifat dan karakter
yang tidak sama. Untuk itu Islam mengatur tata cara bergaul yang benar,
agar seseorang dapat bersinergi dengan orang lain meski mempunyai
kepribadian , sikap dan watak yang berbeda. Allah berfirman,” Dan
hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang yang
berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (Al Furqon: 63)
Rendah
hati (tawadhu) dan mengucapkan kata-kata yang baik (Qaulan Salaamah).
Rendah hati adalah sifat yang sangat mulia, orang yang tawadhu akan
tercermin dari sifat dan tingkah lakunya. Dalam pergaulan orang yang
tawadhu pasti disenangi, bila berkata sewajarnya, kepada yang lebih tua
menghormati, namun kepada yang lebih muda menyayangi. Orang seperti ini
bila ditakdirkan jadi pemimpin, ia akan tampil sebagai pemimpin yang
amanah.
Bila
kita baca riwayat hidup rasullah, manusia yang dijamin masuk surga itu,
sungguh rendah hati terhadap keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Beliau
bersabda,” Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku, yaitu kamu
sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga tidak ada seseorang
bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya
yang lain,” (Hr Muslim). Dan dalam riwayat lain Anas RA berkata,” Bila
ada budak di Madinah memegang tangan nabi SAW, maka beliau pergi
mengikuti kemana budak itu menghendaki”. (Hr Bukhari) Sungguh, sikap
tawadhu benar-benar dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak
membedakan status sosial kendati beliau adalah manusia yang paling mulia
di dunia dan akhirat namun tetap menghargai seorang budak.
Sebagai
Muslim yang baik harus selalu menjaga setiap kata yang keluar dari
mulutnya. Karena setiap lafaz yang kita ucapkan akan
dipertanggungjawabkan diakhirat nanti. Dalam pergaulan Qaulan Salaamah
terdiri dari beberapa aspek antara lain:
Pertama : Qaulan Kariiman (
mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan kata-kata yang mulia,
hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok hingga
menyakiti perasaan orang lain. Pepatah mengatakan,”Memang lidah tidak
bertulang, tak terbatas kata-kata” kendati lidah tak bertulang, namun
lidah bisa lebih tajam dari sembilu. Banyak orang bisa sembuh bila
dilukai dengan pedang, namun bila dilukai dengan lidah, sakitnya akan
terbawa sampai mati. Hati-hati dengan perkataan, bila ingin bergurau
tetap jaga lisan dari kata-kata yang menyakiti, bergurau dan bergaul
harus tetap dengan kata-kata yang mulia.
Kedua : Qaulan ma’rufan (
baik) “Berkatalah yang baik atau diam” itu pesan rasullulah kepada
ummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga dari perkataan
yang sia-sia, apapun yang diucapkannya harus selalu mengandung nasehat,
menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan biarkan lisan ini
mencari-cari kejelekan orang lain. Hindari kata-kata yang hanya bisa
mengkritik atau mencari kesalahan orang lain, memfitnah, menghasut.
Sungguh, perbuatan yang sangat hina, hingga Allah berfirman dalam surah
Al Hujarat ayat 12, seumpama orang yang memakan bangkai temannya
sendiri. Sungguh sangat menjijikkan.
Ketiga : Qaulan Syadidan (
lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar, jujur jangan
berdusta. Karena sekali kita berkata dusta, selanjutnya kita akan
berdusta untuk menutupi dusta kita yang pertama, begitu seterusnya,
sehingga bibir kita pun selalu berbohong tanpa merasa berdosa. Siapapun
tak ingin dibohongi, seorang istri akan sangat sakit hatinya bila
ketahuan suaminya berbohong, begitu juga sebaliknya. Rakyat pun akan
murka bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak kalah penting dalam
menyampaikan kebenaran, adalah keberanian untuk bicara tegas, jangan
ragu dan takut, apalagi jelas dasar hukumnya Al Quran dan hadits.
“Katakanlah kebenaran itu, meskipun sangat menyakitkan,” pesan
Rasullulah ini, sejatinya mrnguatkan kita dalam menghadapi resiko yang
apa pun yang akan kita hadapi dalam berdakwah.
Keempat : Qaulan Balighan (tepat)
sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dan
kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila
bicara dengan anak-anak kita harus berkata sesuai dengan pikiran mereka,
bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka. Jangan kita
berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut
tentu sangat tidak tepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung..
Kelima
: Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara,
seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara
dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan
lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh
hati siapapun yang mendengarnya. Seperti ayat pembuka di atas Allah
melarang bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan
mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh.
Dalam berdoa pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan lemah
lembut, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang
lemah lembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas,” (Al A’raaf ayat 55)
Demikian
Allah mengajarkan kepada kita, dalam menjalin komunikasi, khususnya
dengan saudara kita sesama muslim. Yakinlah bila tuntunan ini kita
praktekkan dalam kehidupan baik di dalam rumahtangga, maupun di
masyarakat. Dimana pun kita berada insyaAllah, semuanya akan terasa
indah. Karena muslim yang beriman keberadaannya akan selalu disenangi,
kata-katanya menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya. Mampukah kita?
Yuk, mulai sekarang, saya, anda atau siapapun mari kita belajar untuk
menjadi komunikator yang handal dengan cara berkata yang mulia, baik,
benar, tepat dan lemah lembut. Semoga dengan ini Allah mengangkat
derajat kita menjadi yang menegakan kemuliaan Islam, melalui lisan
kita.Wallahu’alam bishshawab. (Lva) Dari tulisan Khalifatur dan materi
Kajian Tafsir Qur’an Pengajian Sakinah.
BAB III
PENUTUP
- 3.1 Kesimpulan
Sebagai
Muslim yang baik harus selalu menjaga setiap kata yang keluar dari
mulutnya. Karena setiap lafaz yang kita ucapkan akan
dipertanggungjawabkan diakhirat nanti. Dalam pergaulan Qaulan Salaamah
terdiri dari beberapa aspek antara lain:
Pertama : Qaulan Kariiman (
mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan kata-kata yang mulia,
hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek, mengolok-ngolok hingga
menyakiti perasaan orang lain. Pepatah mengatakan,”Memang lidah tidak
bertulang, tak terbatas kata-kata” kendati lidah tak bertulang, namun
lidah bisa lebih tajam dari sembilu.
Kedua : Qaulan ma’rufan (
baik) “Berkatalah yang baik atau diam” itu pesan rasullulah kepada
ummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga dari perkataan
yang sia-sia, apapun yang diucapkannya harus selalu mengandung nasehat,
menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya.
Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar, jujur jangan berdusta.
Keempat : Qaulan Balighan (tepat)
sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dan
kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat.
Kelima
: Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara,
seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara
dengan orang-orang yang kasar.
3.2 Kritik dan Saran
Penulis
merasa bersyukur atas terselesainya makalah ini walaupun terdapat
banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki kembali dalam makalah ini.
dan penulis sangat senang untuk menerima kritik dan saran dari pihak
pembaca demi kesempurnaan makalah ini serta semoga bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.
Komentar
Posting Komentar